Ibarat perebutan mangsa antar dua kelompok serigala kelaparan. Agung Sedayu menerjang Ki Tunggul Pitu dengan putaran cambuk yang bergulung-gulung. Ia mendatangi lawannya dengan rasa gamang...
“Maaf, Ki Lurah. Saya mengerti tapi sekarang bukan saat yang baik untuk berbeda pendapat,” kata Agung Sedayu menegaskan sikapnya. Kembali ia memandang orang-orang Jati Anom...
Pertimbangan kemanusiaan atau sedikitnya rasa kasihan telah menghilang dari sanubari Ki Hariman. Pria yang bersih dari kumis dan bulu lainnya ini tidak menampakkan sebagai orang...
“Ki Widura telah jatuh. Ia akan roboh sesaat lagi.” Sabungsari sekilas mengamati lingkar perkelahian yang tidak jauh dari tempatnya berkelahi melawan Ki Tunggul Pitu. Pada...
Ki Garu Wesi tidak menunjukkan perubahan pada air muka tetapi ia mengakui yang tergelar di depanya adalah bentuk baru dari gelar-gelar perang yang diketahuinya. Ia...
“Orang bercambuk!” Dingin dan ketus menebar dari suara Ki Hariman. “Aku yakin engkau tidak pernah keluar dari pedukuhan kecil ini untuk menguji kedalaman ilmu yang...
Di bagian lain, Ki Widura tidak lagi melontarkan cambuk dengan ledakan yang menggelegar. Bahkan, ia lebih mempunyai kemiripan dengan Kiai Gringsing pada saat itu. Bunyi...
“Mengapa kau mengusikku, Ki Garu Wesi?” bertanya Ki Tunggul Pitu dengan raut wajah yang tidak nyaman dipandang. “Engkau terlalu lama menyelesaikan kedunguan ini.” Ki Garu...
Malam semakin gelap menaungi perkelahian sengit di Jati Anom ketika Ki Panuju dapat digapai telapak tangan Ki Garu Wesi. Ia terpental cukup jauh. Bagian depan...
“Bahkan, jika ia termasuk orang kepercayaan Raden Atmandaru sudah tentu kemampuannya berada di batas puncak kanuragan,” gumam Sabungsari dalam hatinya Namun apabila Ki Garu Wesi...