Sejenak kemudian sunyi mendatangi mereka. Dua jalur tidak dapat dilewati, sementara mereka terlalu mudah untuk dijangkau oleh orang-orang Raden Atmandaru. Sabungsari termangu. Diedarkannya pandangan mata...
Mereka pun berpisah. Kedua orang itu, masing-masing, tengah memecah pikiran di tengah derap langkah menuju pencarian kitab Kiai Gringsing. Bila Agung Sedayu sibuk mengurai kalut...
Agung Sedayu tidak menanggapinya. Ia tidak mempunyai pendapat tentang ucapan Ki Tunggul Pitu. Pilihan yang dihadapinya dan keputusan yang telah dibuatnya, sungguh, menjadikan Agung Sedayu...
“Berteman,” gumam Agung Sedayu. Sebagai seorang teman, renungnya. Tentu saja ada kepentingan yang menempel padanya. Ia tidak mungkin menghendaki Swandaru. Apa yang ia harapkan dari...
“Benar,” kata Ki Tunggul Pitu, “engkau benar bahwa segala hal esok hari akan menjadi bagian masa lalu, meskipun belum kita kerjakan namun masa lalu adalah...
“Dengarkan, Ki Tunggul Pitu. Anda bicara tentang sebuah kitab dan adik seperguruanku, lalu apakah tujuan itu tidak terikat keduanya? Aku pikir Anda telah berbicara dengan...
Bimbang dan marah menjadi dua perasaan yang menguasai Agung Sedayu pada malam itu. Sebenarnya ia tengah menimbang , apakah sebab kemarahannya itu adalah hilangnya kitab...
“Tidak ada yang salah pada pilihan itu,” jawab Agung Sedayu, “Aku harus mengakui kau cukup berani mengatakan yang sebenarnya. Barangkali aku tidak mempunyai jawaban, Ki...
Agung Sedayu tercenung. Tidak menduga akan mendapat pertanyaan yang masih belum dapat dijawabnya. Perubahan air mukanya terlindung oleh gelap dan air hujan. Sejenak ia mengendapkan...
Selepas Ki Sentana meninggalkan pintu halaman, Agung Sedayu melesat deras mencapai sebuah pohon yang tidak begitu besar di utara rumah Ki Sentana. Sepasang jejak kaki,...